TULUNGAGUNG  -  Getaran dengan skala kecil yang diikuti suara dentuman  misterius di Kabupaten Trenggalek dan Ponorogo sejak dua pekan terakhir,  kini kian meluas. Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jawa Timur  mencatat sedikitnya ada lima kabupaten yang kini merasakan fenomena  aneh tersebut.
Berdasarkan laporan tim dari Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencara  Geologi (PVMBG) yang diterjunkan di sekitar lokasi, fenomena itu juga  terasa hingga di kawasan Malang. “Merata mulai Ponorogo, Trenggalek,  Tulungagung, Blitar, hingga Malang. Pokoknya yang berada di sepanjang  pegunungan di pinggir laut Selatan,” kata Siswanto, BPBD Jawa Timur  seperti dikutip tempointeraktif, Kamis (24/2).
Siswanto memastikan, suara gemuruh dan dentuman yang terjadi di  Trenggalek dan Ponorogo tidak ada kaitannya dengan aktivitas pergerakan  magma di Gunung Wilis. Sebab, suara gemuruh itu bergerak terus dan tidak  hanya terasa di sekitar lereng Gunung Wilis. Oleh karena itu, ia  mengimbau masyarakat agar mewaspadai terhadap fenomena alam yang akan  muncul.
Seperti diketahui sejak beberapa hari terakhir suara dentuman misterius  muncul di Kecamatan Munjungan, Kampak, Watulimo dan Dongko, Kabupaten  Trenggalek. Empat Kecamatan tersebut secara geografis memang berada di  kawasan pegunungan Seribu, yang berada di pantai laut selatan dan  memiliki ketersinggungan dengan Gunung Wilis.
Selain di Trenggalek, dentuman juga terdengar di Ponorogo, terutama di  sekitar Kecamatan Ngebel, Pulung, Pudak, dan Sooko. Kemarin, sejumlah  desa di bagian selatan Kabupaten Tulungagung dan Madiun juga mulai  merasakan suara dentuman dan getaran itu.
Kepala Bagian Humas Pemkab Tulungagung, Maryani menuturkan, sudah ada  lima desa di Kecamatan Besuki yang melaporkan suara dentuman tersebut.  Masing-masing adalah Desa Siyoto Bagus, Kebo Ireng, Sedayu Gunung,  Tanggul Turus, dan Desa Besuki.
Fenomena itu sudah muncul sejak seminggu terakhir. Camat setempat telah  meneruskan laporan warga tersebut ke Bupati Tulungagung. Berdasar  laporan warga di kelima desa itu, Pemkab Tulungagung kemudian telah  membuat laporan ke Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG)  stasiun Tretes serta Pemprov Jawa Timur.
Menurut Maryani, Pemkab Tulungagung belum mengambil langkah apa pun  terkait fenomena itu, selain mengimbau warga untuk waspada. “Kami hanya  berharap agar tim peneliti segera turun ke Tulungagung, untuk memastikan  sumber dentuman dan getaran tersebut. Apakah memang satu rangkaian  dengan yang di Treggalek, atau berdiri sendiri,” ujarnya.
Selain di lima desa tersebut, sebenarnya gempa juga terjadi di beberapa  daerah lain. Desa Tumpuk yang berbatasan dengan Kecamatan Campurdarat  juga mendengar dentuman dan gempa lembut tersebut.
Seperti diungkapkan Budi Mulya (34), salah satu warga Desa Tumpuk,  dentuman terdengar baik siang maupun malam. Getaran yang sempat membuat  warga khawatir tersebut sanggup menggetarkan kaca-kaca rumah warga.  “Saat terdengar suara dentuman itu, pasti kaca-kaca ikut bergetar. Yang  paling nampak air di dalam gelas pasti ikut bergelombang,” katanya.
Munculnya suara gemuruh dan dentuman dari wilayah Tulungagung selatan  dibenarkan Kepala Bidang Bencana Geologi, Pusat Vulkanologi dan Mitigasi  Bencana Geologi (PVMBG), Gede Swantika. Menurut Gede, suara yang muncul  memang berasal dari wilayah Kecamatan Besuki.
Namun demikian, timnya belum bisa memastikan apakah suara tersebut satu  rangkaian dengan peristiwa di Trenggalek, meski secara geografis,  pegunungan Besuki menjadi satu gugusan dengan pegunungan Watulimo,  Kabupaten Trenggalek. Rencananya, jika penelitian di Kabupaten  Trenggalek telah rampung, timnya akan bergeser ke Kecamatan Besuki,  Kabupaten Tulungagung.
Sementara itu, terkait dentuman di Ponorogo dan Trenggalek, Diuraikan,  timnya telah memasang alat portable seismograf, di Desa Boto Putih,  Kecamatan Bendungan yang berada di kaki Gunung Wilis.
Pemasangan ini berdasar atas laporan warga setempat yang juga mendengar  adanya fenomena yang sama dengan wilayah di pegunungan selatan Kabupaten  Trenggalek. Padahal, kedua pegunungan ini merupakan dua gugusan yang  saling terpisah.
Meski Gunung Wilis berada di lima kabupaten, namun Gede berharap warga  setempat tidak resah. Sebab berdasarkan kesimpulan sementara, dentuman  dan getaran tersebut berasal dari pergeseran patahan tanah.  Patahan-patahan ini, kini tengah aktif dan mencari keseimbangan baru.  Aktifnya patahan ini bisa dimungkinkan akibat curah hujan yang sangat  tinggi.
Pakar geologi Institut Teknologi 10 Nopember (ITS) Surabaya, Amien  Widodo menyatakan bahwa gejala alam yang terjadi di sekitar Gunung Wilis  tersebut harus dideteksi secara pasti. Apalagi gejala itu sudah  merambah ke mana-mana.
Amien yang juga kepala Pusat Studi Bencana ITS itu mengakui bahwa ada  gejala alam yang sedang terjadi di sekitar Gunung Wilis. Namun, dari  mana pusat gejala tersebut, pakar ilmu struktur bumi itu belum bisa  memastikan. Begitu juga penyebab bergetarnya bumi yang dirasakan warga  tersebut, masih misterius.
“Saya pikir diperlukan alat untuk mendeteksi gempa. Harus ada seismograf  untuk mengetahui di mana pusat getaran itu. Apakah di dalam lapisan  bumi atau malah berada di puncak Gunung Wilis. Apakah terjadi patahan  bumi atau mulai aktifnya aktivitas Gunung Wilis,” ungkap Amien.
Kendati demikian, Amien bisa melihat dari indikasi-indikasi yang muncul  bahwa di dalam perut bumi telah terjadi pergeseran. Karena pergeseran  bumi inilah kemudian memunculkan getaran-getaran dan suara gemuruh yang  didengar warga. “Biasanya dampak yang mengikutinya adalah longsor.  Awalnya tentu longsor yang kecil-kecil. Biasanya ini berlangsung lama.  Namun, semua bergantung energi yang dikeluarkan,” urai Amien.
Kepala Stasiun Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG)  Kelas II Tretes, Petrus Demonsili saat dihubungi Surya menyikapi makin  meluasnya daerah getaran dan dentuman juga belum bisa memastikan sampai  kapan fenomena itu terjadi. Para peneliti terus memantau di lokasi.
Ia hanya mengimbau agar warga waspada. ”Kewaspadaan ini penting. Ini  merupakan kekhawatiran peneliti, jika gempa terus terjadi maka longsor  bisa terjadi pula,” kata Petrus tadi malam.
Adapun dentuman dan gempa yang terjadi di wilayah Trenggalek dan  Tulungagung, diakuinya, bukan karena tektonik atau vulkanik. Pihaknya  masih mencari tahu apa penyebab munculnya gempa itu.
”Untuk mengetahui manifestasi dari asal sumber getaran masih dibutuhkan  studi lanjut dari disiplin ilmu yang terkait, terutama geologi,”  tambahnya.
Search for Green
Friday, February 25, 2011
Foto-Foto Dramatis Pada Saat Terjadinya Gempa di Selandia Baru
Bila Tuhan berkehendak maka tidak ada yang tidak mungkin, dalam hanya kurun waktu beberapa detik deretan gedung dan bangunan megah  dan kokoh itu luluh lantak bagai tersapu badai. Terlihat di salah satu gambar foto dibawah yang diambil secara landscape cakrawala jauh bagaimana berderet deret gedung tinggi amblas hingga terlihat kebulan debu bangunan runtuh dari jauh. Inilah bencana alam yang datang lagi pada manusia belum lama ini di Selandia Baru.
Gempa bumi dengan kekuatan 6,3 skala richter di Christchurch, Selandia Baru. Dalam laporan Radio, petugas pemadam kebakaran mengatakan adanya korban tewas dalam peristiwa itu. Pusat gempa berada di 10 km Kota South Island bagian tenggara, dengan kedalaman 5 km.

Gempa dengan kekuatan besar terjadi pada Selasa, yang menyebabkan kerusakan di pusat kota. Polisi setempat menyebutkan sejumlah kerusakan akibat gempa bumi, termasuk dua bus yang terkena reruntuhan bangunan. Polisi juga melaporkan kebarakan terjadi di sejumlah tempat dan orang-orang banyak terjebak di bangunan yang runtuh. Walikota Christchurch Bob Parker mengatakan masih terjadi kekacauan di kota itu.

Dia mengatakan tengah berada di lantai atas bangunan kantor walikota ketika gempa bumi terjadi, sehingga membuatnya terlempar ke sudut kamar. “Saya turun ke jalan dan masih terlihat kebingungan, dan banyak sekali orang yang marah-marah. Saya tahu sejumlah orang dalam gedung ini terluka dan saya mendapatkan informasi tentang korban luka di sejumlah tempat di kota ini,” kata Walikota Bob Parker.
Dia menambahkan kerusakan yang parah terjadi di pusat kota. Kota yang dihuni oleh 370.000 orang itu, pernah diguncang gempa dengan kekuatan 7.1 skala richter, yang menyebabkan kerusakan besar, September lalu. Dua orang dilaporkan terluka parah akibat genpa, dan sejumlah bangunan tua hancur. Setelah gempa pada September lalu, sejumlah gempa susulan terjadi dengan kekuatan yang lebih kecil.






Terlihat di gambar yang paling bawah diatas dari kejauhan wilayah yang terkena gempa luluh lantak hingga mengepulkan asap debu karena runtuhnya bangunan bangunan tinggi
SUMBER : Ruang Hati 
Tuesday, February 22, 2011
WASHINGTON - Populasi yang terus bertumbuh terus bersaing berebut  sumber-sumber daya yang makin langka saja. Melihat kecenderungan itu,  peneliti di sebuah konferensi sains di AS, pekan lalu, meramalkan pada  2050 nanti, dunia sudah 'tak bisa dikenali'.
PBB sudah memprediksi populasi dunia tahun ini akan mencapai angka 7 milyar penduduk, dan menuju 2050, angka itu meningkat ke 9 milyar. "Hampir semua pertumbuhan penduduk terjadi di negara-negara miskin, sebagian di Afrika dan di Asia Selatan," kata John Bongaarts, wakil lembaga nirlaba Population Council.
Untuk memberi makan milyaran mulut itu, tentunya bumi harus diperah lebih keras. "Dalam 40 tahun mendatang, kita harus memproduksi jumlah makanan yang sama dengan yang kita konsumsi selama 8000 tahun ke belakang," kata Jason Clay dari World Wildlife Fund (WWF) di konferensi tahunan American Association for the Advancement of Science (AAAS) itu.
Bila tren sekarang ini berlanjut, "Pada 2050 nanti, sisa planet ini tak lagi kita bisa kenali," kata Clay.
Pembengkakan populasi menimbulkan berbagai masalah, seperti penipisan sumber daya. Di sisi lain, pendapatan diperkirakan meningkat selama 40 tahun ke depan. Secara global, pendapatan akan meningkat tiga kali lipat. Di negara-negara berkembang bahkan berlipat lima.
Seiring naiknya pemasukan, orang cenderung akan naik pula di susunan rantai makanan. Mereka, kata para ahli, mengonsumsi lebih banyak daging dibanding masa-masa ketika mereka berpenghasilan lebih sedikit. "Makin banyak orang, makin banyak uang, makin banyak konsumsi, tapi planetnya masih sama," kata Jason Clay.
Clay meminta para ilmuwan dan pemerintah mulai membuat perubahan dalam bagaimana makanan diproduksi. Para ahli populasi juga meminta lebih banyak pendanaan untuk program keluarga berencana, agar pertumbuhan manusia, utamanya di negara-negara berkembang, bisa lebih dikendalikan.
PBB sudah memprediksi populasi dunia tahun ini akan mencapai angka 7 milyar penduduk, dan menuju 2050, angka itu meningkat ke 9 milyar. "Hampir semua pertumbuhan penduduk terjadi di negara-negara miskin, sebagian di Afrika dan di Asia Selatan," kata John Bongaarts, wakil lembaga nirlaba Population Council.
Untuk memberi makan milyaran mulut itu, tentunya bumi harus diperah lebih keras. "Dalam 40 tahun mendatang, kita harus memproduksi jumlah makanan yang sama dengan yang kita konsumsi selama 8000 tahun ke belakang," kata Jason Clay dari World Wildlife Fund (WWF) di konferensi tahunan American Association for the Advancement of Science (AAAS) itu.
Bila tren sekarang ini berlanjut, "Pada 2050 nanti, sisa planet ini tak lagi kita bisa kenali," kata Clay.
Pembengkakan populasi menimbulkan berbagai masalah, seperti penipisan sumber daya. Di sisi lain, pendapatan diperkirakan meningkat selama 40 tahun ke depan. Secara global, pendapatan akan meningkat tiga kali lipat. Di negara-negara berkembang bahkan berlipat lima.
Seiring naiknya pemasukan, orang cenderung akan naik pula di susunan rantai makanan. Mereka, kata para ahli, mengonsumsi lebih banyak daging dibanding masa-masa ketika mereka berpenghasilan lebih sedikit. "Makin banyak orang, makin banyak uang, makin banyak konsumsi, tapi planetnya masih sama," kata Jason Clay.
Clay meminta para ilmuwan dan pemerintah mulai membuat perubahan dalam bagaimana makanan diproduksi. Para ahli populasi juga meminta lebih banyak pendanaan untuk program keluarga berencana, agar pertumbuhan manusia, utamanya di negara-negara berkembang, bisa lebih dikendalikan.
Thursday, February 3, 2011
Planet Mars Diduga Sembunyikan Banyak Es
Diperkirakan, ada lebih banyak es di permukaan planet Mars.
Temuan ini disebut-sebut dapat memberikan dampak signifikan terhadap eksplorasi planet Mars di masa depan. Nantinya, es tersebut berpeluang dapat dimanfaatkan sebagai penyambung hidup ketika manusia mulai ada yang ditugaskan di sana.
Menggunakan gambar-gambar yang diambil oleh Mars Global Surveyor dan Mars Reconnaissance Orbiter, David Shean, Planetary Geologist dari Malin Space Science Systems di San Diego, Amerika Serikat menyebutkan, tampaknya ada banyak material yang kaya akan es terkubur di dasar setidaknya 38 kawah di kawasan Sinus Sabaeus, yang ada di dekat katulistiwa Mars.
“Sangat mengherankan bahwa hal-hal seperti ini tidak disadari sebelumnya meski sudah ada ratusan ribu foto-foto resolusi tinggi yang diambil selama 15 tahun terakhir,” kata Shean, seperti dikutip dari Space, 2 Februari 2011. “Ini bukti bahwa planet Mars memang penuh dengan kejutan.”
Dari penelitian-penelitian terdahulu, kutub planet Mars diperkirakan menyimpan es. Akan tetapi, iklim di planet itu terlalu keras bagi kelangsungan air. Udara di sana sangat tipis sehingga jika ada es di permukaan planet akan segera menguap
.
“Sejak lama kami telah melihat gambar-gambar yang menunjukkan bahwa tampak material yang kaya akan es di dasar kawah di kedua kutub Mars,” kata Shean. “Yang mengherankan, ternyata material yang sama juga ditemukan di khatulistiwa planet itu,” ucapnya.
Shean menyebutkan, jika ada es yang terkubur di khatulistiwa, tampaknya ia menyimpan catatan penting terhadap kondisi iklim di masa lalu Mars yang sangat ingin dianalisa oleh ilmuwan.
Lebih lanjut, Shean menyebutkan, kawasan khatulistiwa jauh lebih menarik untuk dijadikan tujuan untuk eksplorasi di masa depan dibandingkan dengan kutub karena mendapatkan lebih banyak sinar matahari dan memiliki temperatur yang lebih hangat.
“Khatulistiwa cocok untuk kendaraan penjelajah bertenaga matahari,” kata Shean. “Namun demikian, eksplorasi masa depan juga membutuhkan air sebagai sumber pendukung kehidupan,” ucapnya.
Temuan es di kawasan khatulistiwa planet Mars tersebut dipaparkan di jurnal Geophysical Research Letters.
Wednesday, February 2, 2011
Gosok Gigi Membuat Paru-paru Sehat
   VIVAnews – Memiliki masalah kesehatan pada rongga mulut dapat  menyebabkan berbagai penyakit serius, termasuk jantung, stroke, bahkan  diabetes. Sebaliknya, bila gusi Anda bersih dan sehat, paru-paru pun  akan sehat dan berumur panjang.
Studi yang diterbitkan Journal of Periodontology menemukan bahwa penyakit gusi dapat meningkatkan risiko untuk berbagai kondisi pernafasan, termasuk pneumonia, infeksi saluran pernafasan atas, bronkitis akut, bahkan penyakit paru obstruktif kronik (PPOK).
Dalam studi diketahui bahwa bakteri yang disebabkan penyakit periodontal, yang merupakan peradangan kronis dari jaringan gusi serta tenggorokan atas dan kemudian dapat terhirup ke dalam saluran pernapasan bagian bawah, bisa bersarang di daerah tersebut.
Lambat laun, bakteri yang bersarang, dapat menghambat pernafasan dan mengakibatkan masalah paru-paru yang sangat serius. "Penyakit paru dapat melumpuhkan dan melemahkan," kata Donald S. Clem, President American Academy of Periodontology, dalam ringkasan studinya, dikutip dari laman Aol.
Penelitian ini melibatkan 200 peserta yang berusia 20 sampai 60 tahun. Setengah dari peserta merupakan pasien yang menderita penyakit pernafasan. Sedangkan setengahnya lagi merupakan peserta yang sehat dan tidak memiliki riwayat penyakit paru-paru. Setiap subjek diberi ujian lisan untuk menilai secara luas tentang masalah kesehatan gigi.
Para peneliti mengetahui bahwa pasien yang menderita penyakit pernafasan memiliki kesehatan periodontal yang lebih buruk, dibandingkan peserta yang sehat. Inilah yang menjadi petunjuk awal hubungan antara penyakit pernapasan dan penyakit periodontal.
"Studi ini memberikan contoh lain bagaimana kesehatan periodontal berperan dalam menjaga sistem lain dari tubuh yang sehat," kata Clem.
Lebih lanjut Clem berbicara tentang bagaimana mencegah risiko itu. Dia menekankan pentingnya membersihkan rongga mulut dengan tepat, termasuk menyikat gigi setiap hari, flossing gigi serta melakukan memeriksakan gigi secara rutin.
"Bekerja sama dengan dokter gigi Anda atau periodontist, penyakit berbahaya seperti pneumonia atau COPD dapat dicegah," kata Clem.
Studi yang diterbitkan Journal of Periodontology menemukan bahwa penyakit gusi dapat meningkatkan risiko untuk berbagai kondisi pernafasan, termasuk pneumonia, infeksi saluran pernafasan atas, bronkitis akut, bahkan penyakit paru obstruktif kronik (PPOK).
Dalam studi diketahui bahwa bakteri yang disebabkan penyakit periodontal, yang merupakan peradangan kronis dari jaringan gusi serta tenggorokan atas dan kemudian dapat terhirup ke dalam saluran pernapasan bagian bawah, bisa bersarang di daerah tersebut.
Lambat laun, bakteri yang bersarang, dapat menghambat pernafasan dan mengakibatkan masalah paru-paru yang sangat serius. "Penyakit paru dapat melumpuhkan dan melemahkan," kata Donald S. Clem, President American Academy of Periodontology, dalam ringkasan studinya, dikutip dari laman Aol.
Penelitian ini melibatkan 200 peserta yang berusia 20 sampai 60 tahun. Setengah dari peserta merupakan pasien yang menderita penyakit pernafasan. Sedangkan setengahnya lagi merupakan peserta yang sehat dan tidak memiliki riwayat penyakit paru-paru. Setiap subjek diberi ujian lisan untuk menilai secara luas tentang masalah kesehatan gigi.
Para peneliti mengetahui bahwa pasien yang menderita penyakit pernafasan memiliki kesehatan periodontal yang lebih buruk, dibandingkan peserta yang sehat. Inilah yang menjadi petunjuk awal hubungan antara penyakit pernapasan dan penyakit periodontal.
"Studi ini memberikan contoh lain bagaimana kesehatan periodontal berperan dalam menjaga sistem lain dari tubuh yang sehat," kata Clem.
Lebih lanjut Clem berbicara tentang bagaimana mencegah risiko itu. Dia menekankan pentingnya membersihkan rongga mulut dengan tepat, termasuk menyikat gigi setiap hari, flossing gigi serta melakukan memeriksakan gigi secara rutin.
"Bekerja sama dengan dokter gigi Anda atau periodontist, penyakit berbahaya seperti pneumonia atau COPD dapat dicegah," kata Clem.
Lima Barang Pengancam Kesehatan
Siapa sangka, barang-barang di rumah kita bisa menjadi sumber  penyakit yang berbahaya bagi kesehatan. Berikut daftar barang-barang  tersebut, seperti yang dikutip dari Genius Beauty.
1. Talenan kayu. Hingga kini, benda ini masih menjadi barang yang selalu ada di dapur. Fungsinya sebagai tatakan saat memotong bahan-bahan mentah untuk di masak. Menurut John Oxford, peneliti dari Universitas London, sebuah talenan kayu dapat menyimpan ribuan bakteri penyebab penyakit. Sisa potongan makanan yang mengendap dapat membuat koloni bakteri baru dan mengendap di kayu. Bakteri tersebut akan menempel di setiap bahan makanan yang kita potong.
2. Talenan plastik. Seringkali digunakan untuk mengganti talenan kayu yang lebih tradisional. Tak semua talenan terbuat dari plastik yang aman. Bahan plastik bisa berbahaya jika tidak sengaja terkonsumsi. Pilihlah produk talenan plastik yang menjamin keamanan plastiknya. Jika Anda tak yakin, saat talenan sudah tergores, lebih baik ganti dengan yang baru.
3. Sikat gigi. Peneliti dari Universitas Manchester mengungkap bahwa sebanyak 10 juta bakteri bisa berkumpul di sikat gigi. Tak hanya itu, virus penyakit dan jamur bisa berkembang biak di sana. Para peneliti menyarankan Anda untuk mengganti sikat gigi 2-3 bulan sekali.
4. Handuk. Kondisinya kurang lebih sama dengan sikat gigi. Dan untuk menghilangkan bakteri yang berkumpul di dalamnya, perlu pemanasan hingga 90 derajat celcius.
5. Bantal. Bakteri yang berkumpul pada bantal bisa menyebabkan gangguan pernapasan, gatal-gatal dan demam. Professor Jean Amberline, dari British Society for Allergy menyarankan untuk mengganti sarung bantal secara teratur, serta mengganti bantal setiap 2 tahun sekali.
1. Talenan kayu. Hingga kini, benda ini masih menjadi barang yang selalu ada di dapur. Fungsinya sebagai tatakan saat memotong bahan-bahan mentah untuk di masak. Menurut John Oxford, peneliti dari Universitas London, sebuah talenan kayu dapat menyimpan ribuan bakteri penyebab penyakit. Sisa potongan makanan yang mengendap dapat membuat koloni bakteri baru dan mengendap di kayu. Bakteri tersebut akan menempel di setiap bahan makanan yang kita potong.
2. Talenan plastik. Seringkali digunakan untuk mengganti talenan kayu yang lebih tradisional. Tak semua talenan terbuat dari plastik yang aman. Bahan plastik bisa berbahaya jika tidak sengaja terkonsumsi. Pilihlah produk talenan plastik yang menjamin keamanan plastiknya. Jika Anda tak yakin, saat talenan sudah tergores, lebih baik ganti dengan yang baru.
3. Sikat gigi. Peneliti dari Universitas Manchester mengungkap bahwa sebanyak 10 juta bakteri bisa berkumpul di sikat gigi. Tak hanya itu, virus penyakit dan jamur bisa berkembang biak di sana. Para peneliti menyarankan Anda untuk mengganti sikat gigi 2-3 bulan sekali.
4. Handuk. Kondisinya kurang lebih sama dengan sikat gigi. Dan untuk menghilangkan bakteri yang berkumpul di dalamnya, perlu pemanasan hingga 90 derajat celcius.
5. Bantal. Bakteri yang berkumpul pada bantal bisa menyebabkan gangguan pernapasan, gatal-gatal dan demam. Professor Jean Amberline, dari British Society for Allergy menyarankan untuk mengganti sarung bantal secara teratur, serta mengganti bantal setiap 2 tahun sekali.
Subscribe to:
Comments (Atom)




