Search for Green

Friday, January 21, 2011

Chernobyl Nuclear Disaster


Nuklir bukan saja berbahaya di saat perang, tapi juga di waktu damai. Dengan alasan sumber energi, bahaya radiasi pun menghantui umat manusia setiap saat.

Pada 26 April 1986, dua ledakan besar menghancurkan reaktor nuklir nomor 4 pada pusat reaktor nuklir Uni Soviet dan memuntahkan radiasi ke udara mengejutkan penduduk Kiev, Ukraina. Yang menurut WHO, ledakan itu ditaksir 200 kali dari radiasi bom atom Hiroshima dan Nagasaki. Memuntahan potongan inti reaktornya sampai 1500 meter ke langit dan menebarkan awan beracun ke 70 persen daratan eropa. Sedangkan Kelompok pecinta lingkungan Greenpeace menaksir, 160 ribu kilometer persegi tanah terkontaminasi bahan radioaktif.

Tragedi Chernobyl merupakan bencana nuklir terburuk di dunia, yang terjadi sekitar pukul 01.23 pagi waktu Moskwa. Ledakan dan nyala api yang dihasilkannya telah menyebarkan radiasi ke seluruh Benua Eropa. Bencana ini juga mengontaminasi wilayah yang luas di Belarus, Ukraina, dan Rusia.
Fakta menunjukkan lima juta orang di sekitar Chernobyl terkena radiasi. Sekitar 650 ribu diantaranya adalah para buruh yang bertugas membersihkan muntahan ledakan Chernobyl. Dan sekitar 200 ribu dari 650 buruh tersebut, merupakan kelompok kunci beresiko tinggi terpapar radiasi. Mereka berada dalam zona penyingkiran, atau sekitar 30 kilometer dari pusat ledakan Chernobyl.

Jumlah korban yang tewas akibat bencana Chernobyl bervariasi. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), sedikitnya 9.000 orang akan atau telah meninggal dunia akibat terkena radiasi. Sedangkan kelompok Greenpeace memperkirakan jumlah korban tewas yang sebenarnya mencapai 93.000 orang.

Sepuluh tahun kemudian tercatat, 60 ribu buruh pembersih yang kebanyakan berusia 30 tahunan, meninggal dunia. Sementara 30 persen laki-laki pekerja pembersih yang masih hidup menderita impotensi. Jutaan anak-anak yang tetap hidup pasca ledakan merupakan kelompok berisiko tinggi terpapar radiasi. Dokter spesialis penyakit -yang berkaitan dengan tragedi Chernobyl- Natalya Preobrashenskaya bahkan menyatakan, jutaan anak-anak yang lahir di masa mendatang juga akan terkena cemaran radiasi Chernobyl, sesuai prilaku radioaktif yang dipakai sebagai bahan bakar PLTN, jutaan tahun!

Apa saja penyakit yang timbul setelah tragedi Chernobyl?

60 persen anak-anak Ukraina atau sejuta orang lebih menderita kanker gondok, sepuluh persen lainnya yang masih duduk di bangku SD mengalami rusak mental, serta sebagian besar anak-anak Ukraina menderita penyakit tulang. Preobrashenskaya mengatakan, kekebalan tubuh anak-anak Ukraina pun menurun drastis sehingga disebut pula AIDS-Chernobyl.

Penelitian WHO. Badan Kesehatan Dunia itu menyatakan, setelah peristiwa Chernobyl terjadi peningkatan kasus kanker gondok anak, 100 kali dibanding prakecelakaan Chernobyl. Kenyataan lainnya, penduduk Kiev banyak yang terkena kanker paru-paru dan jantung. Dan banyak dokter memperkirakan, dalam waktu mendatang, epidemi berbagai penyakit menular akan meningkat di sekitar lokasi kejadian, dan di kalangan mereka yang terpapar radiasi nuklir.

Penanggulangan dengan terapi kimia normal tidak efektif pada penderita kanker akibat radiasi Chernobyl. Menurut Dr Andrei Butenko dari rumah sakit nomor satu di Kiev, dipastikan kanker gondok ganas yang menimpa anak-anak Ukraina akibat kontaminasi isotop iodium-131, isotop iodium yang radioaktif. Imbasnya, dengan terapi kimia di atas normal, kepala para pasien membotak dan wajah mereka bengkak-bengkak.

Kurang lebih sama juga dialami anak-anak Yunani. Anak-anak di negara tersebut berisiko terkena kanker dua hingga tiga kali akibat Chernobyl. Bahkan, anak-anak Yunani yang terpapar radioaktif ketika masih dalam kandungan ibunya berisiko menderita leukimia 2,6 kali lipat dibanding anak-anak lainnya. Hal ini karena adanya mutasi gen yang diberi nama 11q23. Mutasi gen merupakan imbas lain dari kejamnya radiasi Chernobyl.

Mutasi gen 11q23 ini merupakan salah satu contoh nyata yang berhubungan dengan leukimia pada bayi. Bahkan menurut penelitian yang dilakukan Sir Alec pada 79 keluarga yang tinggal di Mogilev, Belarus, kawasan yang terkena radiasi tinggi, kurang lebih 300 kilometer dari Chernobyl. Ia meneliti anak-anak di keluarga tersebut yang lahir antara Februari-September 1994. Sebagai perbandingan, ia juga meneliti 105 anak-anak yang tidak terkena radiasi dari Inggris.

Hasilnya, anak-anak Mogilev terbukti mengalami mutasi gen dua kali lebih tinggi dibandingkan anak-anak di Inggris. Mutasi tersebut jelas diturunkan oleh orang tua mereka, dan secara permanen terkode pada gen anak-anak mereka. Artinya, mutasi tersebut juga akan diturunkan pada generasi-generasi selanjutnya.

Menurut Sir Alec, mutasi pada keluarga di Mogilev berhubungan dengan tingkatan kontaminasi permukaan oleh caesium 137, sebuah isotop radioaktif. Bahkan ahli genetika dari Akademi Sains Rusia Yuri Dubrova menyatakan, kelompoknya melihat lokasi genetik tertentu yang dikenal dengan nama minisatellites yang mengalami laju mutasi 1000 kali lipat lebih tinggi dibandingkan gen lainnya.

Sementara itu, Robert Baker dari Universitas Teknologi Texas meneliti dua kelompok tikus, yaitu kelompok yang tinggal satu kilometer dari reaktor, dan yang hidup 32 kilometer dari reaktor. Yang diteliti adalah mitokondria DNA (bagian sel yang diturunkan induk betina) pada anak tikus-tikus.

Hasilnya, walau tikus yang hidup dekat reaktor terlihat sehat dan subur, tapi mereka mengalami laju mutasi ratusan kali lebih tinggi dari kondisi normal. "Artinya, lingkungan yang tercemar akibat ledakan Chernobyl memberikan dampak nyata perubahan gen pada mahluk hidup sekitarnya," ulas Robert Baker.

Nada miris terdengar dari mulut peneliti Universitas Texas Austin David Hillis. "Kita sekarang tahu, dampak mutasi akibat kecelakaan nuklir mungkin lebih besar daripada yang diharapkan," komentar Hillis.

Berikut beberapa Sejarah Tragedi Nuklir yang terjadi di Dunia :

1945-1963: Menurut para ilmuwan Soviet, sekitar 10.000 orang terkena radioaktif akibat uji coba nuklir di Semipalatinsk, Kazakhstan.

September 1957: Fasilitas pengolah sampah nuklir di Kytchym, dekat Sverdlovsk, Ural sebelah selatan meledak. Ledakan itu menewaskan lebih dari 100 orang dan 10.000 orang lainnya terpaksa diungsikan.

10 Oktober 1957: Sebuah pabrik yang memproduksi plutonium di Windscale, Inggris, terbakar dan menyebarkan awan radioaktif ke atmosfer. Menurut laporan resmi, lusinan orang terkena kanker radioaktif dan meninggal dunia.

22 Januari 1968: Sebuah pesawat pembom milik AU AS, B-52 jatuh dekat Thule (Greendland) dan menyebarkan 400 gram plutonium-239 yang ada dalam hulu ledak nuklir yang dibawanya.
Agustus 1969: Terjadi bencana serius di kompleks tenaga atom Jiuquan, Cina. Diberitakan sekitar 10 pekerja terkena radiasi.

Januari - Februari 1974, Oktober 1975: Paling tidak tiga orang tewas dalam kecelakaan di pabrik nuklir di St. Petersburg. Tidak diketahui berapa banyak material radioaktif yang lepas.
28 Maret 1979: Sebanyak 140.000 orang terpaksa diungsikan dari tempat tinggalnya ketika terjadi kecelakaan nuklir di Pennsylvania.

Agustus 1979: Sebuah tempat penyimpanan nuklir rahasia di dekat Erwin (Tennesse) bocor dan meracuni 1.000 orang.

Januari - Maret 1981: Empat radioaktif yang ada di pabrik nuklir Tsuruga (Jepang) bocor. Paling sedikit 278 orang terkena radiasi.

26 April 1986: Reaktor empat di pabrik nuklir Ukraina meledak. Dikabarkan 200 orang terkontaminasi dan 32 orang di antaranya meninggal tiga bulan kemudian. Ratusan ribu orang lainnya terpaksa diungsikan.

April 1993: Terjadi ledakan di sebuah pemrosesan ulang nuklir di Tomsk-7, Siberia barat. Akibat ledakan tersebut, gas radioaktif tersebar ke mana-mana, tetapi tidak jelas berapa korbannya.

November 1995: Terjadi lagi kontaminasi serius di pabrik nuklir Chernobyl.

September 1999: The Japanese Science and Technology Agency (STA) mengumumkan bahwa telah terjadi reaksi rantai yang tidak terkendali di instalasi pembiakan uranium di Tokaimura, Jepang, sehingga menyebabkan terjadi kebocoran radiasi sebesar 0.84 millisievert/jam (kurang lebih 10,000 kali dari dosis normal tahunan). Kecelakaan yang disebabkan oleh kesalahan manusia ini menyebabkan 1 korban tewas dan 39 orang terkena radiasi.









Italia terkontaminasi dan radiasinya menyebar di sebagian besar wilayah bekas Uni Soviet dan sebagian Eropa bagian utara.

Reruntuhan reaktor 4 Chernobyl
Hanya beberapa bulan setelah kecelakaan itu, reaktor ditutup dengan sebuah selubung beton yang dirancang untuk menyerap radiasi dan menyimpan sisa bahan bakar. Namun, sarkofagus hanya dimaksudkan sebagai solusi sementara dan dirancang untuk bertahan 20-30 tahun.

Chernobyl sarkofagus
Pada saat ini, dua dekade sejak kecelakaan yang menewaskan 31 orang dan membuat 135 ribu lainnya mengungsi itu sudah lewat. Benteng beton itu mulai rapuh akibat pembangunan tergesa-gesa dalam tempo singkat. Kebocoran telah terjadi selama lebih dari 10 tahun terakhir. Jika sarkofagus itu roboh, dikhawatirkan puluhan ton debu radioaktif akan terlepas.



Kota yang ditinggalkan
Untuk mencegah hal itu, Presiden Ukraina Viktor Yushchenko telah meneken kontrak US$ 505 juta atau Rp 4,6 triliun dengan sebuah konsorsium perusahaan konstruksi Prancis, Novarka, Bouygues, dan Vinci. Sebuah kubah baja padat akan menutup seluruh area itu dan menghentikan kebocoran.
Struktur berbentuk kubah itu disebut new safe confinement (NSC), yang dijamin aman dan bisa mengurung semua radioaktif di dalamnya. Bangunan mirip hanggar pesawat terbang itu panjangnya 150 meter dan tinggi 105 meter. Sengaja dibuat cukup tinggi agar memudahkan pekerjaan pembongkaran puing reaktor, bahan radioaktif, dan sarkofagus sebelum ditutup untuk selamanya.
Pada acara penandatanganan kontrak, Yushchenko mengungkapkan kelegaannya. “Untuk pertama kalinya, kami bisa berkata dengan jujur kepada bangsa dan komunitas internasional,” kata Yushchenko. “Hari ini jawaban terhadap masalah penutupan pembangkit listrik tenaga nuklir Chernobyl telah ditemukan.”



“pripyat” chernobyl “image from flickr.com © All rights reserved”

“image from flickr.com © All rights reserved”

“image from flickr.com © All rights reserved”


No comments:

Post a Comment