Search for Green

Sunday, April 22, 2012

Opini "Global Warming"

Tali Pancung ‘Global Warming’



1335047481459130607
Foto : Umar Werfete
Beberap waktu yang lalu saya sengaja telepon paman saya di Kaimana yang kesehariannya bekerja sebagai nelayan. Setiap pagi semenjak matahari terbit, dia selalu pergi dengan perahu biru dan motor temple miliknya, dan akan kembali siang atau petang hari, menghantarkan hasil tangkapannya ke pasar. Sekedar bercerita, menanyakan kabarnya, bagaimana tangkapannya hari ini, apakah semakin bertambah atau berkurang, juga melepas kangen makan ikan hasil tangkapannya. Dia lalu menjawab dengan suara yang panjang bahwa
Ooo… tidak lagi sebanyak tahun-tahun lalu, air semakin surut dan kering, ikan sudah meninggalkan karang karang hingga semakin sulit’, lagipula angin dan gelombang terlalu keras, ini akibat global warming’ begitu kata paman.
Hmmm….., saya hanya mengiyakan kata-kata paman ini tetapi dalam benak saya bertanya-tanya. Bukan karena teori global warming paman saya, tetapi yang saya heran adalah dia bisa kenal istilah ‘global warming,’ ha.. ha.. ha.. Di satu sisi, saya juga muncul juga pertanyaan bahwa jangan-jangan inilah wajah sebenarnya isu global warming yang ditanamkan ke rakyat kecil di Indonesia, termasuk paman saya. Wah,…isue global warming ini nampaknya sudah begitu terokoptasi dan menyebar hingga ke rakyat kecil, isu global warming sperti virus menular yang mematikan bagi rakyat atau laksana tali pancung yang akan menggantung rakyat hidup-hidup hingga mati.
Saya sendiri tidak terlalu paham secara detail isu ini, tetapi secara garis besar  bahwa global warming itu berkaitan dengan naikanya temperature rata-rata permukaan bumi. Ini terjadi karena tidak semua radiasi matahri yang dipancarkan oleh matahari ke permukaan bumi bisa dikembalikan dengan sempurnah oleh bumi ke luar atmosfir akan tetapi, radiasi itu terperangkap di permukaan bumi oleh green house gases (GHGs) yang di antaranya adalah Carbon dioxide (CO2), nitrous oxide (NO2), metana, penguapan air, chlorofluoro carbons (CFCs) dan sebagainya. Greenhouse gases ini bisa terjadi secara alami dan juga karena aktifitas manusia. Katakanlah emisi karbon dioksida (CO2) dari pembakaran minyak bumi oleh kendaraan bermotor, pabrik, pesawat, kapal laut, pembakaran hutan secara liar dan sebagainya, atau CFCs yang dihasilkan dari penggunaan pupuk secara besar-besaran pada industri pertanian, pembakaran hutan oleh aktifitas manusia, dan sebaginya. Sedangkan secara alamiah GHGs itu bisa terjadi karena adanya letusan gunung berapi dan penguapan air. Semakin besar jumlah konsentrasi GHGs di atmosfer maka radiasi matahari yang dipantulkan dipermukaan bumi akan semakin banyak terserap oleh bumi. Sehingga akan megakibatkan naiknya temparture rata-rata permukaan bumi yang kemudian mengakibatkan pemanasan di permukan bumi.
Pertanyaannya yang kemudian menjadi perdebatan saat ini adalah apakah aktivitas manusia melalui pembakaran bahan bakar minyak bumi ( menggunakan mobil, pabrik, dll), dan penggunaan pupuk di pertanian, pembakaran hutan, pembalakan liar (deforestation) kemudian berdampak terhadap meningkatnya konsentarsi GHGs yang berkontrbusi terhadap global warming? Ataukah jumlah konsentarsi GHG itu secara alami meningkat sehingga aktifitas manusia bukanlah faktor utama terjadinya pemanasan di permukaan bumi? Perdebataan ini masih belum menemukan kesepakatan utuh. Sebagian ilmuwan yang tergabung dalam Intergovernmental Panel for Climate Change (IPCC) yang didukung oleh United Nations, adalah kelompok yang mengatakan bahwa aktivitas manusia adalah penyebab utama pemanasan global. Selain itu, mereka juga berpendapat bahwa cadangan minyak bumi yang bersumber dari fosil semakin menipis dan tentunya akan habis sehingga jalan alternatifnya adalah beralih ke energi alternatif. Sedangkan sebagian kelompok lagi yang dikenal dengan kelompok ‘Skeptism” mengatakan bahwa pemanasan global merupakan proses alami yang telah terjadi sejak ratusan tahun yang lalu, sehingga aktifitas manusia bukalah penyebab utama pemanasan global. Kedua kelompok ini sering beradu argumen secera ilmiah dengan bukti-bukti penelitian yang sangat kompleks dan sulit dipahami masyarakat awam termasuk paman saya yang keseharianya hanya menangkap ikan.
IPCC yang promotori oleh United Nations dengan dukungan dana jutaan milyar kemudian melakukan penelitian dan kampanye peringatan bahaya pemanasan global ke seluruh penjuru dunia. Uang jutaan milyar itu diserahkan kepada berbagai organisasi-organisasi kemasyarakatan termasuk kepada perguruan tinggi dan lembaga-lembaga swadaya masyarakat untuk membantu mereka menyebarluaskan isu global warming ini hingga ke kampung-kampung. Memaksa mereka bangsa-bangsa terbelakang untuk mengurangi penggunaan energi dari minyak bumi/bahan bakar lalu beralih ke energi alternatif, mengurangi penggunaan pupuk pertanian dan menjaga kelestarian lingkungan. Sementara pihak yang dijuluki kelompok skeptik terkesan kurang didukung oleh organisasi-organisasi penyandang dana sehingga aktifitas mereka hanya masih sebatas perdebatan ilmiah di berbagai jurnal dan televisi.
1335047603996454302
Foto : Umar Werfete
Memang benar bahwa alam perlu dijaga dan dilestarikan agar tidak lagi terjadi penebangan besar-besaran, atau pembakaran hutan secara liar. Akan tetapi di satu sisi kampanye peringatan bahaya pemanasan global ini nampaknya terlalu berlebihan dan menakut-nakuti, bahkan perlahan-lahan akan mencekik leher negara-negara berkembang dengan rakyatnya sekaligus. Algore misalkan dalam filmnya ‘incontinence truth’ ditentang oleh berbagai pakar bahwa ini adalah benar-benar kebohongan dan menakut nakuti, sehingga banyak pakar yang mengatakan isu ini adalah ‘ the great swindle’ alias penipuan besar-besaran. Kampanye-kampanye dan penelitian-penelitian-penelitian yang dilakukan oleh IPCC atas dukungan UN yang telah menghabiskan jutaan milyar dana tengah menuai juga banyak kritik yang mengatakan mengapa UN tidak menggunkan dana-dana tersebut untuk kepentingan sosial lainya daripada kampanye isu global warming ini yang semakin membuat ketakutan dunia.
Jika demikian maka tentunya kembali lagi pada kepentingan mereka, mengapa mereka mau melakukan itu dan untuk apa mereka mau menghabiskan jumlah uang sebanyak itu untuk kampanye isu global warming ini termasuk UN. Melalui Kyoto protocol yang dimotori UN telah tercantumkan aturan main bagi negara –negara anggota PBB untuk mengurangi jumlah emisi karbodioksida sesuai standard yang ditentukan dalam Kyoto Protocol dan Indonesia termasuk salh satu negara yang telah menandatangani kesepakatan ini. Sementara Amerika Serikat, dan negara-negara anggota PBB lainnya, seperti, Afganistan, sudan, dan Canada yang tidak ingin menandatangani perjanjian ini. Tujuan daripda Kyoto protocol ini adalah untuk mencapai stabilitas konsentarsi GHGs di atmosfer pada level dimana bebas dari ancaman bahaya pemanasan global. Banyak pula negara yang meminta ratifikasi target capaian Kyoto Protocol ini dan menginginkan perubahan-perubahan target pengurangan emisi karbon bagi negera mereka.
Lalu apa sebenarnya alasan USA dan negara-negara lainya yang menolak menandatangani kesepakatan itu atau menginginkan ratifikasi terhadap perjanjian Kyoto? Alasannya karena mereka adalah pengguna energi fosil terbesar sehingga jika dikurangi maka ini akan berdampak besar terhadap industri dan perkembangan perekonomian negara mereka sebab dengan target demikian, pabrik-pabrik akan mengurangi aktifitas dan produksi, penerbangan akan mengurangi jam terbang, dan sebagainya. Sementara untuk beralih ke energi alternatif secara masal adalah tidak mudah, apalagi negara-negara berkembang dimana industri-industri masih mengandalkan energi fosil (minyak bumi dan batu bara) termasuk Indonesia yang telah menandatangani nota itu. Kenap Pemerintah Indoensia mau juga mengikuti mereka, padahal industri Indonesia juga bergantung pada minyak bumi, ah…mungkin karena disogok uang? Entahlah….
Ah, Paman…!! Isu ini terlalu kompleks dan rumit untuk paman pikirkan. Alih-alih menyelamatkan dunia mu, isu ini telah terkontaminasi kepentingan ekonomi dan terlibat skenario politik global orang-orang rakus yang menginginkan kekayaan dunia hanya ke dalam genggaman mereka, Paman…….!! Saya juga baru tahu kalau sebenarnya minyak bumi yang ada dalam perut bumi ini bukan dari fosil akan tetapi memikiki aliran-aliran tersendiri dari dalam cela-cela perut bumi, banyak penelitian telah membuktikannya, itu artinya minyak bumi tak akan ada habisnya. So, Paman lanjutkan saja tangkapanmu, gunakan saja perahu dan motor yang kau milki, tangkap ikan sebanyak mungkin yang kau bisa untuk keluargamu dan makanlah ikan sepuasnya. Ah, Jadi pingin makan ikan bakar…. ha… ha… ha…..

No comments:

Post a Comment