Tali Pancung ‘Global Warming’
Foto : Umar Werfete
Beberap waktu 
yang lalu saya sengaja telepon paman saya di Kaimana yang kesehariannya 
bekerja sebagai nelayan. Setiap pagi semenjak matahari terbit, dia 
selalu pergi dengan perahu biru dan motor temple miliknya, dan akan 
kembali siang atau petang hari, menghantarkan hasil tangkapannya ke 
pasar. Sekedar bercerita, menanyakan kabarnya, bagaimana 
tangkapannya hari ini, apakah semakin bertambah atau berkurang, juga 
melepas kangen makan ikan hasil tangkapannya. Dia lalu menjawab dengan suara yang panjang bahwa 
‘ Ooo… tidak
 lagi sebanyak tahun-tahun lalu, air semakin surut dan kering, ikan 
sudah meninggalkan karang karang hingga semakin sulit’, lagipula angin 
dan gelombang terlalu keras, ini akibat global warming’  begitu kata paman. 
 Hmmm….., saya hanya mengiyakan kata-kata paman ini tetapi dalam benak saya bertanya-tanya. Bukan karena teori global warming paman saya, tetapi yang saya heran adalah dia bisa kenal istilah ‘global warming,’ ha.. ha.. ha.. Di satu sisi, saya juga muncul juga pertanyaan bahwa jangan-jangan inilah wajah sebenarnya isu global warming yang ditanamkan ke rakyat kecil di Indonesia, termasuk paman saya. Wah,…isue global warming ini nampaknya sudah begitu terokoptasi dan menyebar hingga ke rakyat kecil, isu global warming sperti virus menular yang mematikan bagi rakyat atau laksana tali pancung yang akan menggantung rakyat hidup-hidup hingga mati.
Saya sendiri 
tidak terlalu paham secara detail isu ini, tetapi secara garis besar 
 bahwa global warming itu berkaitan dengan naikanya temperature 
rata-rata permukaan bumi. Ini terjadi karena tidak semua radiasi matahri
 yang dipancarkan oleh matahari ke permukaan bumi bisa dikembalikan 
dengan sempurnah oleh bumi ke luar atmosfir akan tetapi, radiasi itu 
terperangkap di permukaan bumi oleh green house gases (GHGs) yang di antaranya adalah Carbon dioxide (CO2), nitrous oxide (NO2), metana, penguapan air, chlorofluoro carbons (CFCs) dan sebagainya. Greenhouse gases ini
 bisa terjadi secara alami dan juga karena aktifitas manusia. Katakanlah
 emisi karbon dioksida (CO2) dari pembakaran minyak bumi oleh kendaraan 
bermotor, pabrik, pesawat, kapal laut, pembakaran hutan secara liar dan 
sebagainya, atau CFCs yang dihasilkan dari penggunaan pupuk
 secara besar-besaran pada industri pertanian, pembakaran hutan oleh 
aktifitas manusia, dan sebaginya. Sedangkan secara alamiah GHGs itu bisa
 terjadi karena adanya letusan gunung berapi dan penguapan 
air. Semakin besar jumlah konsentrasi GHGs di atmosfer maka radiasi 
matahari yang dipantulkan dipermukaan bumi akan semakin banyak terserap 
oleh bumi. Sehingga akan megakibatkan naiknya temparture rata-rata 
permukaan bumi yang kemudian mengakibatkan pemanasan di permukan bumi. 
Pertanyaannya
 yang kemudian menjadi perdebatan saat ini adalah apakah aktivitas 
manusia melalui pembakaran bahan bakar minyak bumi ( menggunakan mobil, 
pabrik, dll), dan penggunaan pupuk di pertanian, pembakaran hutan, 
pembalakan liar (deforestation) kemudian berdampak terhadap 
meningkatnya konsentarsi GHGs yang berkontrbusi terhadap global warming?
 Ataukah jumlah konsentarsi GHG itu secara alami meningkat sehingga 
aktifitas manusia bukanlah faktor utama terjadinya pemanasan di 
permukaan bumi? Perdebataan ini masih belum menemukan kesepakatan utuh. 
Sebagian ilmuwan yang tergabung dalam Intergovernmental Panel for Climate Change
 (IPCC) yang didukung oleh United Nations, adalah kelompok yang 
mengatakan bahwa aktivitas manusia adalah penyebab utama pemanasan 
global. Selain itu, mereka juga berpendapat bahwa cadangan minyak bumi 
yang bersumber dari fosil semakin menipis dan tentunya akan habis 
sehingga jalan alternatifnya adalah beralih ke energi alternatif. Sedangkan
 sebagian kelompok lagi yang dikenal dengan kelompok ‘Skeptism” 
mengatakan bahwa pemanasan global merupakan proses alami yang telah 
terjadi sejak ratusan tahun yang lalu, sehingga aktifitas manusia 
bukalah penyebab utama pemanasan global. Kedua kelompok ini sering 
beradu argumen secera ilmiah dengan bukti-bukti penelitian yang sangat 
kompleks dan sulit dipahami masyarakat awam termasuk paman saya  yang keseharianya hanya menangkap ikan.
IPCC yang promotori oleh United Nations
 dengan dukungan dana jutaan milyar kemudian melakukan penelitian dan 
kampanye peringatan bahaya pemanasan global ke seluruh penjuru dunia. 
Uang jutaan milyar itu diserahkan kepada berbagai organisasi-organisasi 
kemasyarakatan termasuk kepada perguruan tinggi dan lembaga-lembaga 
swadaya masyarakat untuk membantu mereka menyebarluaskan isu global warming ini hingga ke kampung-kampung. Memaksa
 mereka bangsa-bangsa terbelakang untuk mengurangi penggunaan energi 
dari minyak bumi/bahan bakar lalu beralih ke energi alternatif, 
mengurangi penggunaan pupuk pertanian dan  menjaga kelestarian
 lingkungan. Sementara pihak yang dijuluki kelompok skeptik terkesan 
kurang didukung oleh organisasi-organisasi penyandang dana sehingga 
aktifitas mereka hanya masih sebatas perdebatan ilmiah di berbagai 
jurnal dan televisi.  
Foto : Umar Werfete
Memang benar bahwa 
alam perlu dijaga dan dilestarikan agar tidak lagi terjadi penebangan 
besar-besaran, atau pembakaran hutan secara liar. Akan tetapi di
 satu sisi kampanye peringatan bahaya pemanasan global ini nampaknya 
terlalu berlebihan dan menakut-nakuti, bahkan perlahan-lahan akan 
mencekik leher negara-negara berkembang dengan rakyatnya sekaligus. 
Algore misalkan dalam filmnya ‘incontinence truth’ ditentang 
oleh berbagai pakar bahwa ini adalah benar-benar kebohongan dan menakut 
nakuti, sehingga banyak pakar yang mengatakan isu ini adalah ‘ the great swindle’
 alias penipuan besar-besaran. Kampanye-kampanye dan 
penelitian-penelitian-penelitian yang dilakukan oleh IPCC atas dukungan 
UN yang telah menghabiskan jutaan milyar dana tengah menuai juga banyak 
kritik yang mengatakan mengapa UN tidak menggunkan dana-dana tersebut 
untuk kepentingan sosial lainya daripada kampanye isu global warming ini yang semakin membuat ketakutan dunia.
Jika demikian 
maka tentunya kembali lagi pada kepentingan mereka, mengapa mereka mau 
melakukan itu dan untuk apa mereka mau menghabiskan jumlah uang sebanyak
 itu untuk kampanye isu global warming ini termasuk UN. Melalui Kyoto protocol
 yang dimotori UN telah tercantumkan aturan main bagi negara –negara 
anggota PBB untuk mengurangi jumlah emisi karbodioksida sesuai standard 
yang ditentukan dalam Kyoto Protocol dan Indonesia termasuk 
salh satu negara yang telah menandatangani kesepakatan ini. Sementara 
Amerika Serikat, dan negara-negara anggota PBB lainnya, seperti, 
Afganistan, sudan, dan Canada yang  tidak ingin menandatangani perjanjian ini. Tujuan daripda Kyoto protocol
 ini adalah untuk mencapai stabilitas konsentarsi GHGs di atmosfer pada 
level dimana bebas dari ancaman bahaya pemanasan global. Banyak pula 
negara yang meminta ratifikasi target capaian Kyoto Protocol ini dan menginginkan perubahan-perubahan target pengurangan emisi karbon bagi negera mereka. 
Lalu apa 
sebenarnya alasan USA dan negara-negara lainya yang menolak 
menandatangani kesepakatan itu atau menginginkan ratifikasi terhadap 
perjanjian Kyoto? Alasannya karena mereka adalah pengguna energi fosil 
terbesar sehingga jika dikurangi maka ini akan berdampak besar terhadap 
industri dan perkembangan perekonomian negara mereka sebab dengan target
 demikian, pabrik-pabrik akan mengurangi aktifitas dan produksi, 
penerbangan akan mengurangi jam terbang, dan sebagainya. Sementara untuk
 beralih ke energi alternatif secara masal adalah tidak mudah, apalagi 
negara-negara berkembang dimana industri-industri masih mengandalkan 
energi fosil (minyak bumi dan batu bara) termasuk Indonesia yang telah 
menandatangani nota itu. Kenap Pemerintah Indoensia mau juga mengikuti 
mereka, padahal industri Indonesia juga bergantung pada minyak bumi, 
ah…mungkin karena disogok uang? Entahlah….
Ah, Paman…!! Isu
 ini terlalu kompleks dan rumit untuk paman pikirkan. Alih-alih 
menyelamatkan dunia mu, isu ini telah terkontaminasi kepentingan ekonomi
 dan terlibat skenario politik global orang-orang rakus yang 
menginginkan kekayaan dunia hanya ke dalam genggaman mereka, Paman…….!! 
Saya juga baru tahu kalau sebenarnya minyak bumi yang ada dalam perut 
bumi ini bukan dari fosil akan tetapi memikiki aliran-aliran tersendiri 
dari dalam cela-cela perut bumi, banyak penelitian telah membuktikannya,
 itu artinya minyak bumi tak akan ada habisnya. So, Paman lanjutkan saja
 tangkapanmu, gunakan saja perahu dan motor yang kau milki, tangkap ikan
 sebanyak mungkin yang kau bisa untuk keluargamu dan makanlah ikan 
sepuasnya. Ah, Jadi pingin makan ikan bakar…. ha… ha… ha….. 
No comments:
Post a Comment